Judul: Ya Allah, Izinkan Aku Pacaran
Penulis: Ahmad Rifa’i Rif’an
Penerbit: PT Elex Media Komputindo
Tahun terbit: Cetakan pertama, 2017
Tebal halaman: xiii+181 halaman
Ukuran buku: 13,8 x 20 cm
ISBN: 978-602-02-9977-8
Resensi:
Perasaan selalu menjadi topik hangat bagi anak muda. Khususnya anak muda yang belum menikah. Tertarik dengan lawan jenis serta saling mengenal lebih jauh dan lebih dalam merupakan fase-fase yang tidak akan pernah terlewatkan. Bagi orang yang sudah menikah, tentu saja fase ini akan menjadi sesuatu yang menyenangkan untuk dikenang.
Kita sering kali salah dalam memersepsikan perasaan itu sendiri. Banyak di antara kita gegabah dalam mengambil keputusan saat perasaan sedang bertahta di hati. Salah satunya, memutuskan untuk berpacaran. Hubungan yang jelas dilarang oleh Allah.
Buku ini tidak akan membahas alasan mengapa Allah melarang hamba-hambaNya untuk berpacaran. Sebab, kita semua–sebagai anak muda–tentunya sudah familiar dengan alasan tersebut. Yakni melindungi dari kejahatan nafsu dan syahwat diri sendiri maupun orang lain.
Lalu, perihal apa yang dibahas dalam buku ini? Ahmad Rifa’I Rif’an, sang penulis, memulai pembahasan dengan “Jomblo bukanlah sebuah dosa. Ngapain minder?”
Banyak di antara anak muda yang merasa terhina karena disebut sebagai jomblo. Bahkan tak jarang gelar tersebut dianggap sebagai aib. Penulis membuka pikiran para pembaca untuk kembali menelaah hal apa yang membuat kita malu untuk menyandang gelar “jomblo” tersebut. Hanya karena zaman menjadikan pacaran sebagai sesuatu yang gaul dan keren, bukan berarti jomblo menjadi sebuah kesalahan.
Penulis juga mengingatkan kita terkait manfaat menjadi jomblo sebelum menikah. Di antaranya adalah terhindar dari sakit hati karena dikecewakan oleh orang yang dicintai, tidak punya kewajiban untuk laporan pada siapapun (orang yang berpacaran biasanya akan saling melaporkan kegiatan hari itu kepada pasangannya. Ribet deh), melatih kemandirian, dan tentunya menghemat pengeluaran (karena kegiatan berpacaran biasanya cenderung konsumtif secara finansial).
Lucunya, penulis juga menjabarkan sebuah tip untuk melupakan mantan pacar lengkap dengan doanya, loh! Di bab ini, kita mulai mendapati sisi humoris dari penulis. Beberapa lelucon mulai diselipkan agar pembaca tak bosan dan tak kaku membacanya.
Buku ini juga dengan ringkas menjawab keluh kesah para anak muda yang harus berkelut dengan perasaan, tapi berusaha untuk menaati perintah Allah dengan tidak berpacaran. Meski ringkas, seluruh keluh kesah itu lengkap terjawab di sini. Bahkan hingga berbagi cara menjelaskan ke orang tua yang khawatir jika sang anak tidak punya pacar. Penulis menawarkan diri untuk menjelaskannya lewat buku ini. Pembaca tinggal menyerahkan bab tersebut pada orang tua.
Lewat buku ini, kita dapat menangkap pesan yang kekeuh ditanamkan penulis, bahwa menikah muda jauh lebih baik daripada berpacaran. Hal itu memang benar. Namun, agaknya penulis tidak memberikan solusi lain selain menikah muda.
Meski begitu, isu-isu terkait seramnya pernikahan dan rumitnya dunia berumah tangga juga dibahas di sini. Pernikahan memang sesuatu yang membutuhkan persiapan lebih, sebab kita berharap dapat melaksanakannya sekali seumur hidup (tidak berganti pasangan lagi). Namun, tidak ada yang perlu ditakutkan lebih jauh. Menikah merupakan ibadah yang dilandaskan pada Allah Swt. Tentu saja, Allah akan ikut serta berperan dalam rumah tangga tersebut.
Baik, mari membahas terkait fisik buku. Buku ini terbit pada tahun 2017 dan saya baca pada tahun 2023. Hal yang paling menarik bagi saya saat melihat buku ini yang pertama adalah judul. Dilengkapi dengan desain sampul yang sederhana, membuat kita akan semakin yakin untuk mulai membacanya. Buku ini berhasil menggaet hati saya lewat judul yang jelas dan menohok.
Tak hanya itu, banyak kalimat kutipan yang sifatnya menampar, yang diselipkan di setiap bab, meski beberapa justru menjadi tidak menarik karena desain tata letak yang jadul dan ukuran fon yang terlalu kecil. Saya sendiri tidak menemukan tampilan baru dari buku ini (terbitan baru). Entah karena buku ini tidak sempat booming di kalangan anak muda, atau dengan alasan lain. Namun, saya sangat merekomendasikan anak muda di generasi apapun untuk membacanya. Sebab, permasalahan kita akan selalu sama yaitu perasaan.