Kita jatuh hati sambil minum kopi
Duduk di teras depan, memutar musik
Tersipu malu digoda langit malam tak berawan
Seolah garis wajahnya tergambar jelas di atas sana
Sok paling tahu bentuk hati kita
Sok paling mengerti cara menemuinya
Tapi jatuh hati tetaplah jatuh hati
Meski berulang kali mempertanyakan perasaannya
Meski setengah mati penasaran dibuatnya
Kita tetap tidak butuh jawaban.
Saat ini.
Entahlah esok lusa saat waktu sudah sampai
Mungkin Tuhan sendiri yang tak sabar hendak mengabari
Bahkan saat kita belum sempat menyadari
Berapa kali cangkir kopi itu dicuci