Judul: Berburu Restu
Penulis: Dimas Abi
Penerbit: Penerbit Noura Books
Tahun terbit: Juni 2023
Tebal halaman: 337 halaman
Ukuran buku: 20×13,7cm
ISBN: 978-623-242-399-2
Resensi:
Menikah di KUA saja atau menggelar resepsi menjadi dua pilihan yang saat ini (atau mungkin sejak zaman dulu) diperdebatkan di negara kita tercinta, Indonesia. Adat dan budaya yang dijunjung tinggi membuat penggelaran resepsi menjadi salah satu cara untuk melestarikan budaya tersebut. Bahkan, beberapa orang berpendapat bahwa orang yang mencetuskan ide untuk menikah di KUA saja dianggap tidak menghormati budaya.
Isu tersebut memang amat berat untuk diperbincangkan. Apalagi bagi kaum anak muda yang hendak melangkah ke jenjang pernikahan. Memilih hendak menikah dengan resepsi atau tanpa resepsi saja, rasanya jauh lebih memusingkan dibanding perencanaan tujuan rumah tangga itu sendiri.
Nah, jika isu tersebut terasa berat, Dimas Abi selaku penulis justru mengemasnya menjadi ringan dan seru dalam novel ini. Novel yang menceritakan tentang perjuangan Dipa dan Ajeng–sepasang kekasih bersuku Jawa–yang ingin melanjutkan hubungan ke jenjang pernikahan, tapi enggan untuk menggelar pesta atau resepsi. Apalagi yang selama ini kita saksikan bersama, resepsi selalu digelar se-gede mungkin.
Sebenarnya, ini adalah usulan Dipa. Ia memiliki pengalaman pahit serta masa lalu yang kelam terkait penggelaran resepsi pernikahana kakak perempuannya. Kala itu, ayahnya hingga berhutang ke sana ke mari, mulai dari kolega bisnis, bank, hingga ke rentenir demi menggelar resepsi gede-gedean tersebut. Tentu saja, Dipa membencinya karena ia ikut kecipratan sial, alias kuliahnya terancam berhenti di tengah jalan karena biaya yang terkendala.
Akibatnya, Dipa bertekad untuk tidak menggelar resepsi pada pernikahannya sendiri. Tekad ini membuatnya harus memburu restu tiga saudara kandung ayah Ajeng, yang dianggap berperan penting dalam pembuatan keputusan bagi keluarga Ajeng.
Tiga orang ini adalah Tante Citra, Om Genta, dan Bulek Ratih. Tante Citra yang ngerjain Dipa dengan memintanya untuk mengurus seluruh perencanaan cabang rumah makannya. Om Genta yang memberi challenge 30 hari berolahraga sekaligus makan makanan sehat dan bernutrisi (sesuatu yang benar-benar bertabrakan dengan kebiasaan Dipa selama ini). Serta Bulek Ratih yang justru mengamanahkan tanggung jawab mengurus resepsi pernikahan anaknya pada Dipa. Benar-benar plot yang mencengangkan.
Kita akan dibuat kagum oleh cara Dimas Abi membentuk karakter demi karakter para tokoh. Semuanya kental dan amat kuat. Dipa yang konsisten sebagai ahli gombal dan slengean, Ajeng yang manut-manut saja, entah itu manut pada orang tua ataupun Dipa (karakter ini benar-benar dikemas secara halus), serta para tokoh pendukung lainnya yang tak luput dengan karakter khas masing-masing.
Selain itu, pemilihan fon dan ilustrasi (berupa gombalan Dipa yang disajikan sebagai pembuka bab baru) membuat kita akan nyaman membacanya berlama-lama. Apalagi penulis menyajikan berbagai guyonan, tingkah laku, hingga peristiwa yang lucu dan tak disangka-sangka terjadi. Seperti Dipa yang viral, karena melakukan siaran langsung belajar olahraga mengenakan kaos partai, bersama temannya yang merupakan seorang influencer. Saya benar-benar sakit perut dibuat bagian ini.
Novel ini tidak bertele-tele. Alurnya sangat terstruktur dengan rapi. Cerita tentang Dipa dan Ajeng yang berburu restu keluarga Ajeng begitu serius, hingga amat terasa bahwa mereka memang benar-benar sedang berburu. Meski siapapun yang membaca judul akan mengangkat sebelah alis, karena berburu restu di negara kita ini menjadi sesuatu yang biasa bahkan lumrah dilakukan. Namun, jenis restu yang diburulah yang memberi kesan berbeda dan unik.
Nah, jika kamu tertarik membaca buku ini, kamu akan dihadiahkan bookmark sebesar postcard berisi peraturan pemerintah terkait menikah gratis di KUA, lengkap dengan persyaratan-persyaratannya. Jadi, selamat membaca!